Abu Ayyub Al Anshari


A.      Nasab
Sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam yang mulia ini bernama Khalid bin Zaid bin Kulaib, dari Bani Najjar. Julukannya adalah Abu Ayyub Al-Anshari. Lahir tahun 576 M dan wafat 674 M.

B.      KIsah Hidup
  • Ketika Rasulullah memasuki kota Madinah, unta yang beliau tunggangi bersimpuh di depan rumah Bani Malik bin Najjar. Maka beliau pun turun dari atasnya dengan penuh harapan dan kegembiraan. Salah seorang Muslim tampil dengan wajah berseri-seri karena kegembiraan yang membuncah. Ia maju lalu membawa barang muatan dan memasukkannya, kemudian mempersilakan Rasulullah masuk ke dalam ruma. Nabi SAW pun mengikuti sang pemilik rumah. Siapakah orang beruntung yang dipilih sebagai tempat persinggahan Rasulullah dalam hijrahnya ke Madinah ini, di saat semua penduduk mengharapkan Nabi mampir dan singgah di rumah-rumah mereka? Dialah Abu Ayub Al-Anshari Khalid bin Zaid, cucu Malik bin Najjar. Pertemuan ini bukanlah yang pertama kalinya. Sebelumnya, sewaktu utusan Madinah pergi ke Makkah untuk berbaiat dalam baiat Aqabah Kedua, Abu Ayub Al-Anshari termasuk di antara 70 orang Mukmin yang mengulurkan tangan kanan mereka ke tangan kanan Rasulullah serta menjabatnya dengan kuat, berjanji setia dan siap menjadi pembela. Dan kini, ketika Rasulullah bermukim di Madinah dan menjadikan kota itu sebagai pusat agama Allah, maka nasib mujur yang sebesar-besarnya telah terlimpahkan kepada Abu Ayub, karena rumahnya dijadikan tempat pertama yang didiami Rasulullah. Beliau akan tinggal di rumah itu hingga selesainya pembangunan masjid dan bilik beliau di sampingnya.
  • Abu Ayyub mencintai Rasulullah dengan cinta yang menyita segenap akal dan hatinya. Rasulullah juga mencintai Abu Ayyub dengan cinta yang menghapuskan dinding pemisah antara Abu Ayyub dan dirinya karena Rasulullah menganggap rumah Abu Ayyub seperti rumah sendiri.


  • Berkisah Ibnu Abbas:
Pada suatu siang yang terik Abu Bakar keluar dari rumahnya menuju ke masjid. Umar melihat lalu menyapanya, "Wahai Abu Bakar, apa yang menyebabkan Anda keluar rumah pada siang seterik ini?" Jawab Abu Bakar, "Aku tidak akan keluar rumah kalau tidak didorong oleh rasa lapar yang menggigit."
                Umar menimpali, Aku pun demi Allah tidak keluar kecuali karena sebab yang sama."
Saat mereka berdua bercakap-cakap, Rasulullah datang seraya bertanya, "Apa yang menyebabkan kalian keluar rumah pada saat sepanas ini?"
Keduanya menjawab, "Demi Allah, perut yang perih karena laparlah yang memaksa kami keluar."
Kata Nabi, "Demi jiwaku ditanganNya, tidak ada pula yang mengeluarkan diriku dari rumah kecuali itu juga. Mari ikutlah aku."
Mereka bertiga berjalan sampai di depan pintu rumah Abu Ayyub Al-Anshari. Setiap hari Abu Ayyub memang biasa menyediakan makanan untuk Rasulullah. Bila pada waktu-waktu makan beliau tidak juga datang, baru Abu Ayyub memperbolehkan keluarganya memakannya.
Ummu Ayyub membuka pintu lalu mengucapkan salam, "Selamat datang, wahai Nabi dan saudara-saudara."
Rasulullah bertanya, "Dimana Abu Ayyub?"
Saat itu Abu Ayyub sedang mengurus pohon kurmanya disamping rumah. Mendengar suara Nabi, dia segera menyongsong, "Selamat datang, wahai Rasulullah dan saudara-saudara." Lanjutnya, "wahau Nabiyullah, bukan kebiasaan anda datang pada waktu-waktu seperti ini."
Nabi membenarkan, "Engkau benar."
Abu Ayyub kemudian memotong setandan kurma yang berisi tamar, rutab, dan busr (rutab adalah kurma telah masak, sedangkan busr adalah yang masih seperti masak).
Rasulullah berkata, janganlah engkau memotong tandan yang begini. Sebaiknya ambillah tandan yang sudah sempurna.
Kata Abu Ayyub, "Wahai Rasulullah, saya ingin Anda makan tamarnya, rutab-nya, serta busr-nya juga. Saya pun akan menyembelih kambing untuk Anda."
Pesan Rasulullah, "Janganlah engkau menyembelih kambing yang sudah mengeluarkan susu."
Abu Ayyub memilih seekor anak kambing yang berumur setahun. Setelah menyembelihnya, dia berkata kepada istrinya. "Buatlah adonan untuk roti, engkau lebih mengerti cara membuat roti. Untuk kambingnya, masaklah yang separuh dan bakarlah separuh lainnya."
Setelah masak, roti, kuah, dan kambing segera dihidangkan. Rasulullah mengambil sepotong daging dan menaruhnya didalam roti seraya berkata, "Wahai Abu Ayyub, tolong antar roti dan daging ini kerumah Fathimah. Dia juga beberapa hari tidak makan sesuatu."
Setelah mereka semua kenyang, Nabi berkata, "Roti, daging, tamar, busr,dan rutab. "Kedua mata beliau berlinangan ketika melanjutkan, "demi jiwaku di tangan-Nya, inilah yang disebut nikmat, yang akan kalian pertanggungjawabkan kelak pada hari kiamat. Bila kalian menghadapi hidangan seperti ini dan akan menyantapnya, bacalah basmalah. Bila sudah kenyang ucapkan: "Alhamdulillahiladzi huwa asba'anaa wa an'ama 'alaina fa afdhala (Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan sampai kenyang dan memberi karunia sebaik-baiknya)."
  • Rangkaian kisah diatas adalah mengenai kehidupan Abu Ayyub Al-Anshari dalam suasana damai. Bila Anda sempat mengetahui sebagian hidupnya dalam peperangan, niscaya Anda akan menjumpai hari-hari yang menakjubkan.
Sepanjang hidupnya, Abu Ayyub adalah seorang mujahid, seorang pejuang yang aktif. Dia bahkan tidak pernah ketinggalan dalam seluruh perang muslimiin sejak masa Rasulullah hingga masa Muawiyah kecuali bila disibukkan oleh suatu tugas.
Perang terakhir yang diikutinya adalah penaklukan Konstantinopel. Muawiyah saat itu mengirimkan pasukan yang dipimpin oleh putranya sendiri, Yazid. Pada masa itu Abu Ayyub adalah seorang lanjut usia berumur delapan puluhan. Dia tidak mau ketinggalan ikut berperang di bawah panji-panji Yazid dan turut menerjang gelombang musuh sebagai seorang pejuang.
Namun Abu Ayyub tak mampu lama-lama bertempur. Dia menderita sakit yang mengharuskannya untuk beristirahat. Yazid sebagai panglima menjenguk dan bertanya, "Adakah anda memerlukan sesuatu, Abu Ayyub?"
 Dia menjawab, "Sampaikanlah salamku kepada seluruh kaum muslimin…"
Abu Ayyub juga berpesan agar pasukan terus maju kedaerah musuh dan membawanya bersama mereka. Bila nanti dia wafat di medan perang, hendaknya jenazahnya dibawa dan dimakamkan dibawah dinding batu konstantinopel.
 Tak lama setelah itu, Abu Ayyub pun wafat.

0 Response to " Abu Ayyub Al Anshari "

Posting Komentar